Rabu, 31 Agustus 2011

TAKSONOMI VARIABEL PEMBELAJARAN.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Taksonomi Variabel Pembelajaran
Banyak upaya yang dilakukan ilmuan pembelajaran dalam mengklasifikasi variabel dalam pembelajaran. Pengelompokan atau taksonomi dapat diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi.
Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Sudana Degeng, 1989:12) klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjad tiga variabel yaitu sebagai berikut :
1.      Variabel kondisi pembelajaran
2.      Variabel metode pembelajaran
3.      Variabel hasil pembelajaran 

2.1.1.      Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik, kondisi kelas, materi pembelajaran.
Variabel yang termasuk kedalam kondisi pembelajaran yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode yaitu :
1.      Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya pengajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Tujuan pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, sejalan dengan 2 jenis strategi pengorganisasi pengajaran yang ada (strategi dan mikro) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Sedangkan karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Karakteristik setiap bidang studi sangatlah berbeda-beda. Oleh karena berbedanya karakter satu bidang studi dengan bidang studi yang lain dituntut menggunakan strategi dan media yang berbeda pula. Disinilah peranan seorang guru dalam mengorganisasi pelajaran, pemilihan media dan menetapkan strategi dalam pembelajaran.

2.      Kendala dan Karakteristik Bidang Studi
Ada dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian, yaitu : karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu menjadi pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu ditimbulkannya.
Sedangkan kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu, personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apa bila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.
Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan telrihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia alat bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Selain itu kencala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan. Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar. Aka tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media  tersebut. Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan media. Menurut penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif dan efisien.
Pendidik pada saat sekarang ini harus mampu memanfaatkan media belajar dari yang sangat komplek sampai pada media pendidikan yang sangat sederhana. Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan, maka masalah perencanaan, pemilihan dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. Bahkan tidak mustahil dapat mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan, bila tidak dikuasai sungguh-sungguh oleh guru.

3.      Karakteristik Siswa/Siswi Belajar
Karakteristik siswa-siswi belajar adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi belajar dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik si-belajar akan berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan si-belajar. Karakter siswa yang bermacam-macam menuntut guru untuk strategi dalam pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode, disamping pengaruh utamanya pada strategi pengelolaan pembelajaran.

2.1.2.      Metode Pembelajaran
Menurut Yamin Martinis, (2007) metode pembelajaran adalah cara melakukan atau penyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi peserta didik. Proses pembelajaran akan tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Variabel-variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :
-         Strategi pengorganisasian
-         Strategi penyampaian
-         Strategi pengelolaan
Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi penataan isi format dan lainnya yang setingkat dengan itu.
Stratetgi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Buderson, dan Merrill sebagai struktural strategi, yang mengacu paca cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Sqeuencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur atau prinsip yang terjandung dalam suatu bidang studi.
Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi pembelajar, yaitu dengan menunjukkan bagaimana topik-dopi itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Kebermaknaan ini akan menyebabkan pembelajar memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik-topik yang telah dipelajari. Sequencing, atau penataan urutan juga penting, karena diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu dan yang lebih penting, karena pada hakekatnya semua isi bidang studi memiliki prasyarat belajar mebnurut Gagne (dalam Sudana Dengeng, 1989:84).
Penggarapan strategi pengorganisasi pengajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh karena struktur isi bidang studi memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya pembuatan urutan dan sintesis antar si suatu bidang studi. Strukitur bidang studi berupa struktur belajar atau hirarkhi belajar, struktur prosedural, struktur konseptual, dan struktur teoritik.
Sedangkan strategi penyampaikan adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi lebih lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap tahap pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaa anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana yang dijelaskan diatass, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau metode yang lainnya.
Menghadapi kasus yang seperti ini maka seorang guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang bervariasi diharapkan semua siswa dapat mengikuti pelajaran dan mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan  bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran.

2.1.3.      Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
-         Keefektifan
-         Efisiensi
-         Daya tarik
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai pembelajaran itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.




BAB III
PENUTUP

1.1.  Kesimpulan
Variabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :
1.      Variabel kondisi pembelajaran, yaitu faktor faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Reigeluth dan Merrill mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga yaitu :
-         Tujuan ndan karakteristik bidang studi
-         Kendala dan karakteristik bidang studi
-         Karakteristik siswa
2.      Variabel metode pembelajaran, yaitu : cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga, yaitu :
-         Strategi pengorganisasian
-         Strategi penyampaian
-         Strategi pengelolaan
3.      Variabel hasil pembelajaran, yaitu : semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran juga diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
-         Keeektifan
-         Efisien
-         Daya tarik
Variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil pembelajaran, sebagai variabel tergantung. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang; karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Bila acuan pembelajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang diinginkan, maka hasil ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum menetapkan metode pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran nyang dipilih adalah metode yang optimal untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Langkah akan terbalik, apabila acuan pengajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang nyata. Metode pengajaran yang akan dipakai ditetapkan lebih dulu, kemudian garu mengamati hasil pengajaran sebagia akibat dari penggunaan metode itu dibawah kondisi pengajaran yang ada.
Berdasarkan pendapat Reigeluth dan Merrill tentang taksonomi variabel pembelajaran khususnya variabel hasil pembelajaran diperkuat oleh taksonomi Bloom dkk bahwa untuk mengukur hasil pengajaran dalam proses pembelajaran didasarkan pada tipe isi bidang studi diklasifikasi menjadi 3 ranah yaitu :
  1. Ranah kognitif terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian.
  2. Ranah sikap terdiri dari : menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi, karakteristik.
  3. Ranah psikomotor terdiri dari : persepdi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

1.2.  Saran
Dari pembahasan tentang taksonomi Variabel Pembelajaran maka disarankan kepada pendidik untuk melaksanakan variabel-variabel tersebut sesuai dengan pengklasifikasian variabel, sehingga dalam kegiatan pembelajaran seorang pendidik mampu melihat aspek-aspek apa saja yang ada pada pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA

Sudana Degeng. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sardiman A.M. 2001. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.






Selasa, 30 Agustus 2011

Model Pembelajaran laboratoris


MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN LABORATORIS
( LABOORATORY TRAINING/ T-GROUP )
1.       Pengantar.
            Tahun 1947di Bethel, Maine, pelatihan laboratoris atau sering disebut T-Group muncul sebagai bentuk perhatian terhadap meningkatnya perubahan individu dan sosial dalam masyarakat modern dan untuk memperbarui dan meningkatkan metade yang memfasilitasi respon individu dan untuk mengontrol perubahan yang terjadi.
            Perubahan tersebut antara lain emosi, kepercayaan, norma, kebutuhan, kebiasaan, pola interaksi dan lain-lain. Perubahan didalam masyarakat menimbulkan permintaan personal/ individu dan sosial dan untuk menghindari kegagalan individu membutuhkan keintregasian aspek kognitif dan emosi sejalan dengan aspek personal dan sosial. Kemampuan untuk hidup dalam keambiguan (ketidak jelasan), perubahan, bekerja sama dan berdaya cipta sosial adalah kebutuhan dan keefektifan keanggotaan sosial. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah model pembelajaran yang menyediakan rehabilitasi individu dan rekon struksi sosial.
2.      Rumusan masalah.
            Rumusan masalah dari kertas kerja berikut ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengenalan model pembelajaran latihan laboratoris; sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional langsung ataupun penggiring.
2.      Aplikasi model latihan laboratoris.
3.      Analisis kritis terhadap penerapan latihan laboratoris
4.      Kelebihan dan kekurangan model laboratoris.
3.      Tujuan.
1.      Mengenal model pembelajaran laboratoris.
2.      Mengaplikasi model latihan  laboratoris.
3.      Menganalisis penerapan model latihan laboratoris.
4.      Model Latihan Laboratoris.
            Model latihan laboratoris ini normalnya terdiri dari sepuluh sampai dua belas orang, menghabiskan waktu selama delapan sampai empat puluh jam bersama dalam sebuah pembelajaran kelompok tatap muka yang didalamnya individu – individu satu sama lain mencari penyelesaian suatu masalah. Topik pembelajaran berasal dari pengalaman anggota kelompok dengan kata lain fokus pembicaraan berkisar pada pengalaman, sikap, kebiasaan, perasaan, persepsi dan reaksi anggota kelompok tersebut selama bersama. Model ini menghadirkan seorang pelatih/ guru yang berperan sebagai fasilitator, pengamat dan peserta. Didalam pelaksanaan model pembelajaran ini, mereka memberi kesempatan kepada peserta untuk mengklarifikasi dan mengorientasi kembali nilai kehidupan sosial yang telah diwariskan. Mereka berperan pengembangan komunikasi, menawarkan bantuan kepada anggota kelompok untuk menemukan cara menggunakan pengalaman mereka untuk belajar. Peserta juga didorong untuk belajar banyak tentang kebiasaan, mereka sendiri, peserta lain dan kebiasaan kelompok dari observasi dan analisis pengalaman berkelanjutan dalam kelompok.
            Tujuan pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
1.      Content atau isi.
Dimensi content atau isi terbagi menjadi empat area yaitu:
1.1    Intrapersonal : Bertujuan untuk mencapai wawasan diri atau untuk meningkatkan pengetahuan  
diri juga mencakup identifikasi tekanan,  manajemen pertikaian, ketegangan, integrasi emosional dan lain-lain.
1.2    Interpersonal : adalah dimensi isi yang terfokus pada dinamika hubungan antar anggota  
Kelompok. Pengaruh hubungan umpan balik, resolusi konflik, memberi dan menerima bantuan.
1.3    Dinamika kelompok : kelompok sebagai media, bagian dari kumpulan individu yang memiliki
kualitas uniknya sendiri. Kualitas unik mencakup norma/ standar nilai, peran, kekuatan dan struktur sosial dan pola interaksinya.
1.4    Arahan  diri : menekankan pada perubahan dari kognitif ke perilaku. Ini mengembangkan  
diagnosa untuk meningkatkan kompetensi antar individu dan orgamisasi, akurasi, penafsiran, konswekwensi perilaku dalam hubungannya dengan yang lain.
2.      Tingkat pembelajaran
Setiap tujuan bisa dicapai pada beberapa tingkatan. Schein and Bennis ( Joice & Well 1996 ) membedakantingkatan pembelajaran menjadi tiga: kesadaran, merubah sikap dan perilaku baru. Individu dapat meningkatkan kesadaran terhadap perasaan mereka sendiri  dan orang lain;  kekomplekan komunikasi, perbedaan kebutuhan anggota, tujuan dan cara pendekatan masalah, pengaruh mereka pada orang lain, konsekwensi tindakan atau perilaku meningkatkan kesadaran yang pada akhrnya menghasilkan perubahan sikap terhadap diri, orang lain dan kelompok sehingga akan menghasilkan perilaku baru, dalam bentuk diagnosis mendalam dan kompetewnsi keterampilan sosial. Semangat untuk meneliti atau melakukan proses inquiry sangat penting dalam keseluruhan proses pencapaian tujuan dalam model ini ( Udin S. Winataputra 2001 ).
3.      Target utama pembelajaran.
Target utama pembelajaran ini adalah individu dan organisasi atau masyarakat yang saling berhubungan. Model laboratoris ini lebih menekankan aspek sosial yang relevan terhadap perilaku target utama pembelajarannya.
            Ada tiga elemen dasar model latihan laboratoris ini, yaitui:  ( Udin S.Winataputra 2001 ).
1.      Situasi yang kurang bertujuan, kurang terpimpin dan kurang tersusun acaranya.
Disini kekaburan menimbulkan ketegangan dan memungkinkan peserta memberikan respon terhadap keadaan tersebut yang pada akhirnya dilakukan pengarahan.
2.      Orientasi terhadap peertumbuhan dan perkembangan
3.      Data yang mnejadi bahan analisis adalah pengalaman umpan balik yang diperoleh pada saat mereka belajar bersama.
4.       Sintakmatik.
Model ini tidak memiliki tahapan kegiatan yang ketat. Tahapan kegiatan yang dikembangkan  bervariasi  sesuai dengan rancangan pertemuan laboratoris sendiri.  Biasanya struktur T-Group  merupakan struktur yang utama. Struktur T-Group ini meliputi dua tahap utama dengan tahapan yang lebih kecil untuk masing – masing tahap utama, seperti berikut :
I.                   Tahap Ketergantungan : Hubungan dengan kekuasaan  issue pokok.
1.      Ketergantungan (kebutuhan akan adanya pranata dan pemimpin).
2.      Kontra Ketergantungan (menghindarkan diri dari pimpinan, munculnya dua kelompok yang bervbeda keinginan).
3.      Pemecahan Masalah (munculnya: keinginan untuk memanfaatkan waktu lebih baik; penghargaan terhadap pelatih; pengenalan terhadap macam-macam sikap; rasa percaya dan kerja sama).
II.                Saling Ketergantungan : Peduli terhadap orang lain dan kerja sama dalam memecahkan masalah umum.
4.      Pemikatan (solidaritas kelompok, perasaan positif)
5.      Pemencaran (kepedulian terhadap perbedaan, dan keterlibatan lebih banyak, serta rasa takut diserang)
6.      Validasi Kesepakatan (penyiapan untuk mengakhiri kelompok, evaluasi keterlibatan, sadar akan tanggapan terhadap orang lain).
5.       Sistem sosial.
Setelah pengajar membangun situasi yang membingungkan, pengajar sebagai pelatih menjelaskan bahwa ia tidak akan berfungsi sebagai pemimpin tapi sebagai anggota kelompok.  Disini, struktur tidaklah nampak, dan kelompok harus bertanggung jawab untuk mengarahkan pertumbuhannya sendiri. Memang iklim belajar dalam T-Group ini merupakan situasi yang sangat mendukung dan menciptakan proses belajar yang bersifat kerjasama, namun masih tetap dalam batas yang dapat ditolerani.
6.      Prinsip Reaksi
Pelatih dalam hal ini pengajar memegang berbagai peranan dalam T-Group ini, yakni sebagai : pengamat yang terlibat, anggota kelompok, pemberi contoh, dan sebagai mediator atau perantara. Didalam melakukan moderasi ini kelompok akan sangat tergantung pada model perilaku kelompok yang baik seperti: terbuka, jujur, terarah, bersemangat belajar yang tinggi, mau dan mampu memberi dan menerima umpan balik, dan bersifat mendukung.
7.       Sistim pendukung.
Sarana pendukung yang diperlukan dan palingutama ialah pengajar/ pelatih yang berpengalaman dalam model ini. Model ini dapat dilaksanakan dalam situasi kelembagaan, situasi kelas, dan situasi yang diintegrasikan dengan kehidupanm sehari-hari.


8.       Dampak instruksional dan pengiring.
Model ini memiliki dampak instruksional dan pengiring seperti dilukiskan dalam gambar berikut:
                                                                                                                       
Model  Latihan Laboratoris
Kemampuan mengatasi perubahan - perubahan

Wawasan  terhadap perilaku interpersonal

 



                                                           
Kemampuan dalam bersepakat dan ekspresi diri
Toleransi terhadap kebinekaan
 




                                                                                                                                                                                               
Penerimaan atas hakikat efektif  dari respon manusia
 



                                                Dampak pengiring
ss



Model latihan laboratoris ini dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:
KEGIATAN PENGAJAR
LANGKAH POKOK
KEGIATAN MAHASISWA
Rasa tergantung

* Beri stimulus suatu isu                                              *Beri respon kebutuhan
Dorongan mandiri
 

* Ajukan pertanyaan                                                   *Kenali adanya
  Pemicu Pendapat yang                                               kontradiksi      
  Bertolak Belakang
Pemecahan masalah
* Ciptakan situasi                                                        *Diskusikan   pemecahan                             
Pemecahan masalah                                                        Kontradiksi tersebut   
……………………………………………………………………………………..                                                                                
Rasa terlibat
* Ajukan pertanyaan                                                   *Rasakan        
 Perlunya keterlibatan                                                  Pemicu   kebersamaan                                                              

Rasa peduli
* Ciptakan situasi yang                                               *Tunjukkan
  Mengundang kepedulian                                           kepedulian terhadap orang

Validasi
* Minta untuk menilai                                                 *Lakukan
Diri masing-masing                                                       penilaian diri
(Adaptasi, Udin,1994)
5.       Aplikasi Model.
            Model latihan laboratoris adalah rancangan yang didisain untuk meningkatkan kemampuan diri, hubhungan interpersonal. Apliokasi model ini didalamkelas dapat meningkatkan fleksibel dan kemampuan siswa/ peseerta pembelajaran untuk berubah sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6.      Analisis Kritis.
            Tujuan latihan laboratoris adalah tidaK hanya mengembangkan kemampuan intelaktualnya tetapi perubahan yang lebih terintegrasi dan terkoneksi secara adaptif terhadap nilai, konsep, perasaan, persepsi, strategi dan keterampilan Pembelajaran bukan hanya penyebaran informasi dan mendapatkannya  kembali; ini adalah masalah hubungan manusia dimana guru/ pelatih dan siswa/ peserta mengeksplorasi dan mendiagnosis kebutuhan dan daya tahan terhadap pembelajaran dan perubahan. Sebagai tambahan pembelajaran dapat memperoleh keterampilan dari paretisipasi proses sosial.
            Latihan laboratoris menempatkan nilai diatas keterbukaan dan keautentikan komunikasi, melalui pelatihan interpersonal. Model laboratoris ini mereformasi sosial

7.       Kelebihan dan Kelemahan model latihan laboratoris.
Kelebihan :
1.      Meningkatkan pemahaman terhadap dinamika kelompok
2.      Meningkatkan pemahaman proses ssial dengan berinteraksi didalam kelompok.
3.      Meningkatkan keterampilan interpersonal.
4.      Meningkatkan kemampuan menerima umpan balik.
Kelemahan:
1.      Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih l;ama.
2.      Membutuhkan guru atau pembimbing yang berpengalaman.
3.      Adanya dominasi individu dalam kelompok.
4.      Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

8.      Kesimpulan.
            Tujuan pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari tiga dimensi yaitu: intrapersonal, interpersonal, dinamika kelompok dan arahan diri. Model pembelajaran ini memiliki tiga tingkatan yaitu: kesadaran merubah sikap dan perilaku baru. Dan model juga menekankan pada proses pembelajaran bukan hanya pada aspek kognitif peserta. Peran guru/ pelatih bukan sebagai pemimpin melainkan sebagai fasilitator pengamat, dan peserta.
9.      Saran.
1.      Guru dapat mengatur dinamika kelompok agar tercipta pembelajaran yang efektif.
2.      Guru harus memiliki wawasan yang luas dengan mengikuti perkembangan informasi dari berbagai   sumber.
3.      Peserta diharapkan berperan aktif, memberi dan menerima pendapat/ bantuan dan bersikap terbuka       terhadap perubahan  serta menilai dan mengkritisi isu yang disampaikan.

Daftar rujukan :
Joice,B dan Wei,M, 1972. Models of Teaching.New Jersey; Prentice-Hal. Inc.
Winataputra,U.S.2001. Modewl-model Pembelajaran Inovatif, Jakarta; Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Lampiran  : Aplikasi model latihan laboratoris
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Mata Pelajaran                                    : Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester                                   : VI/ II
Alokasi waktu                                     : 1 x 35 menit
Standard Kompetensi                         : Kemampuan menganalisis bentuk – bentuk
perilaku yang muncul sebagai dampak globalisasi
Indikator                                             : Menjelaskan terjadinya globalisasi dalam
   kehidupan masyarakat.
Menyebutkan perubahan perilaku masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi.

I.                   Tujuan Pembelajaran.
·         Siswa menganalisis bentuk – bentuk perilaku akibat dari globalisasi
·         Siswa dapat menyebutkan perubahan – perubahan perilaku akibat dari globalisasi.
II.                Materi ajar
·         Dampak globalisasi
III.             Model Pembelajaran
·         Latihan laboratories
Metode Pembelajarn
·         Diskusi/ inquiri
IV.             Langkah Pembelajaran.
·         Kegiatan awal
-        Mengecek kehadiran siswa.
-        Mengkondisikan kelas
-        Menjelaskan tujuan pembelajaran
-        Pretest
-        Apersepsi dengan bertanya jawab tentang peristiwa di Negara lain dapat kita saksikan dengan cara bagaimana?
·         Kegiatan inti
-        Guru menampilkan suatu kasus tentang globalisasi
-        Siswa memberi respon tentang kasus yang diajukan oleh guru
-        Guru mengajukan pertanyaan untuk memancing siswa mengeluarkan pendapat yang bertolak belakang
-        Guru mengajukan pertanyaan agar semua siswa ikut terlibat dalam diskusi
-        Siswa menunjukkan situasi yang peduli kepada orang lain
-        Siswa diminta untuk menilai diri sendiri
·         Kegiatan Penutup
-        Siswa diminta merumuskan kesimpulan yang berkaitan dengan Pembelajaran
-        Guru meluruskan kesimpulan yang telah dirumuskan oleh siswa
-        Post test
V.                Alat dan sumber pembelajaran
·         Sumber:
-        Buku paket yang sesuai
-        Modul
-        Koran dan majalah


·         Bahan
-        Koran dan majalah
-        CD Film
·         Alat
-        Laptop
-        LCD
VI.             Hasil Penilaian
a.       Teknik : tertulis
b.      Bentuk instrument : Essay
c.       Instrumen  :  Bagaimana bentuk perubahan perilaku akibat dampak globalisasi ?




Mengetahui,                                                                            Jambi,.........................
Kepala Sekolah                                                                       Guru Kelas



­­                                                                                   
NIP                                                                                         NIP

MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN LABORATORIS
( LABOORATORY TRAINING/ T-GROUP )
1.       Pengantar.
            Tahun 1947di Bethel, Maine, pelatihan laboratoris atau sering disebut T-Group muncul sebagai bentuk perhatian terhadap meningkatnya perubahan individu dan sosial dalam masyarakat modern dan untuk memperbarui dan meningkatkan metade yang memfasilitasi respon individu dan untuk mengontrol perubahan yang terjadi.
            Perubahan tersebut antara lain emosi, kepercayaan, norma, kebutuhan, kebiasaan, pola interaksi dan lain-lain. Perubahan didalam masyarakat menimbulkan permintaan personal/ individu dan sosial dan untuk menghindari kegagalan individu membutuhkan keintregasian aspek kognitif dan emosi sejalan dengan aspek personal dan sosial. Kemampuan untuk hidup dalam keambiguan (ketidak jelasan), perubahan, bekerja sama dan berdaya cipta sosial adalah kebutuhan dan keefektifan keanggotaan sosial. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah model pembelajaran yang menyediakan rehabilitasi individu dan rekon struksi sosial.
2.      Rumusan masalah.
            Rumusan masalah dari kertas kerja berikut ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengenalan model pembelajaran latihan laboratoris; sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional langsung ataupun penggiring.
2.      Aplikasi model latihan laboratoris.
3.      Analisis kritis terhadap penerapan latihan laboratoris
4.      Kelebihan dan kekurangan model laboratoris.
3.      Tujuan.
1.      Mengenal model pembelajaran laboratoris.
2.      Mengaplikasi model latihan  laboratoris.
3.      Menganalisis penerapan model latihan laboratoris.
4.      Model Latihan Laboratoris.
            Model latihan laboratoris ini normalnya terdiri dari sepuluh sampai dua belas orang, menghabiskan waktu selama delapan sampai empat puluh jam bersama dalam sebuah pembelajaran kelompok tatap muka yang didalamnya individu – individu satu sama lain mencari penyelesaian suatu masalah. Topik pembelajaran berasal dari pengalaman anggota kelompok dengan kata lain fokus pembicaraan berkisar pada pengalaman, sikap, kebiasaan, perasaan, persepsi dan reaksi anggota kelompok tersebut selama bersama. Model ini menghadirkan seorang pelatih/ guru yang berperan sebagai fasilitator, pengamat dan peserta. Didalam pelaksanaan model pembelajaran ini, mereka memberi kesempatan kepada peserta untuk mengklarifikasi dan mengorientasi kembali nilai kehidupan sosial yang telah diwariskan. Mereka berperan pengembangan komunikasi, menawarkan bantuan kepada anggota kelompok untuk menemukan cara menggunakan pengalaman mereka untuk belajar. Peserta juga didorong untuk belajar banyak tentang kebiasaan, mereka sendiri, peserta lain dan kebiasaan kelompok dari observasi dan analisis pengalaman berkelanjutan dalam kelompok.
            Tujuan pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
1.      Content atau isi.
Dimensi content atau isi terbagi menjadi empat area yaitu:
1.1    Intrapersonal : Bertujuan untuk mencapai wawasan diri atau untuk meningkatkan pengetahuan  
diri juga mencakup identifikasi tekanan,  manajemen pertikaian, ketegangan, integrasi emosional dan lain-lain.
1.2    Interpersonal : adalah dimensi isi yang terfokus pada dinamika hubungan antar anggota  
Kelompok. Pengaruh hubungan umpan balik, resolusi konflik, memberi dan menerima bantuan.
1.3    Dinamika kelompok : kelompok sebagai media, bagian dari kumpulan individu yang memiliki
kualitas uniknya sendiri. Kualitas unik mencakup norma/ standar nilai, peran, kekuatan dan struktur sosial dan pola interaksinya.
1.4    Arahan  diri : menekankan pada perubahan dari kognitif ke perilaku. Ini mengembangkan  
diagnosa untuk meningkatkan kompetensi antar individu dan orgamisasi, akurasi, penafsiran, konswekwensi perilaku dalam hubungannya dengan yang lain.
2.      Tingkat pembelajaran
Setiap tujuan bisa dicapai pada beberapa tingkatan. Schein and Bennis ( Joice & Well 1996 ) membedakantingkatan pembelajaran menjadi tiga: kesadaran, merubah sikap dan perilaku baru. Individu dapat meningkatkan kesadaran terhadap perasaan mereka sendiri  dan orang lain;  kekomplekan komunikasi, perbedaan kebutuhan anggota, tujuan dan cara pendekatan masalah, pengaruh mereka pada orang lain, konsekwensi tindakan atau perilaku meningkatkan kesadaran yang pada akhrnya menghasilkan perubahan sikap terhadap diri, orang lain dan kelompok sehingga akan menghasilkan perilaku baru, dalam bentuk diagnosis mendalam dan kompetewnsi keterampilan sosial. Semangat untuk meneliti atau melakukan proses inquiry sangat penting dalam keseluruhan proses pencapaian tujuan dalam model ini ( Udin S. Winataputra 2001 ).
3.      Target utama pembelajaran.
Target utama pembelajaran ini adalah individu dan organisasi atau masyarakat yang saling berhubungan. Model laboratoris ini lebih menekankan aspek sosial yang relevan terhadap perilaku target utama pembelajarannya.
            Ada tiga elemen dasar model latihan laboratoris ini, yaitui:  ( Udin S.Winataputra 2001 ).
1.      Situasi yang kurang bertujuan, kurang terpimpin dan kurang tersusun acaranya.
Disini kekaburan menimbulkan ketegangan dan memungkinkan peserta memberikan respon terhadap keadaan tersebut yang pada akhirnya dilakukan pengarahan.
2.      Orientasi terhadap peertumbuhan dan perkembangan
3.      Data yang mnejadi bahan analisis adalah pengalaman umpan balik yang diperoleh pada saat mereka belajar bersama.
4.       Sintakmatik.
Model ini tidak memiliki tahapan kegiatan yang ketat. Tahapan kegiatan yang dikembangkan  bervariasi  sesuai dengan rancangan pertemuan laboratoris sendiri.  Biasanya struktur T-Group  merupakan struktur yang utama. Struktur T-Group ini meliputi dua tahap utama dengan tahapan yang lebih kecil untuk masing – masing tahap utama, seperti berikut :
I.                   Tahap Ketergantungan : Hubungan dengan kekuasaan  issue pokok.
1.      Ketergantungan (kebutuhan akan adanya pranata dan pemimpin).
2.      Kontra Ketergantungan (menghindarkan diri dari pimpinan, munculnya dua kelompok yang bervbeda keinginan).
3.      Pemecahan Masalah (munculnya: keinginan untuk memanfaatkan waktu lebih baik; penghargaan terhadap pelatih; pengenalan terhadap macam-macam sikap; rasa percaya dan kerja sama).
II.                Saling Ketergantungan : Peduli terhadap orang lain dan kerja sama dalam memecahkan masalah umum.
4.      Pemikatan (solidaritas kelompok, perasaan positif)
5.      Pemencaran (kepedulian terhadap perbedaan, dan keterlibatan lebih banyak, serta rasa takut diserang)
6.      Validasi Kesepakatan (penyiapan untuk mengakhiri kelompok, evaluasi keterlibatan, sadar akan tanggapan terhadap orang lain).
5.       Sistem sosial.
Setelah pengajar membangun situasi yang membingungkan, pengajar sebagai pelatih menjelaskan bahwa ia tidak akan berfungsi sebagai pemimpin tapi sebagai anggota kelompok.  Disini, struktur tidaklah nampak, dan kelompok harus bertanggung jawab untuk mengarahkan pertumbuhannya sendiri. Memang iklim belajar dalam T-Group ini merupakan situasi yang sangat mendukung dan menciptakan proses belajar yang bersifat kerjasama, namun masih tetap dalam batas yang dapat ditolerani.
6.      Prinsip Reaksi
Pelatih dalam hal ini pengajar memegang berbagai peranan dalam T-Group ini, yakni sebagai : pengamat yang terlibat, anggota kelompok, pemberi contoh, dan sebagai mediator atau perantara. Didalam melakukan moderasi ini kelompok akan sangat tergantung pada model perilaku kelompok yang baik seperti: terbuka, jujur, terarah, bersemangat belajar yang tinggi, mau dan mampu memberi dan menerima umpan balik, dan bersifat mendukung.
7.       Sistim pendukung.
Sarana pendukung yang diperlukan dan palingutama ialah pengajar/ pelatih yang berpengalaman dalam model ini. Model ini dapat dilaksanakan dalam situasi kelembagaan, situasi kelas, dan situasi yang diintegrasikan dengan kehidupanm sehari-hari.


8.       Dampak instruksional dan pengiring.
Model ini memiliki dampak instruksional dan pengiring seperti dilukiskan dalam gambar berikut:
                                                                                                                       
Model  Latihan Laboratoris
Kemampuan mengatasi perubahan - perubahan

Wawasan  terhadap perilaku interpersonal

 



                                                           
Kemampuan dalam bersepakat dan ekspresi diri
Toleransi terhadap kebinekaan
 




                                                                                                                                                                                               
Penerimaan atas hakikat efektif  dari respon manusia
 



                                                Dampak pengiring
ss



Model latihan laboratoris ini dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:
KEGIATAN PENGAJAR
LANGKAH POKOK
KEGIATAN MAHASISWA
Rasa tergantung

* Beri stimulus suatu isu                                              *Beri respon kebutuhan
Dorongan mandiri
 

* Ajukan pertanyaan                                                   *Kenali adanya
  Pemicu Pendapat yang                                               kontradiksi      
  Bertolak Belakang
Pemecahan masalah
* Ciptakan situasi                                                        *Diskusikan   pemecahan                             
Pemecahan masalah                                                        Kontradiksi tersebut   
……………………………………………………………………………………..                                                                                
Rasa terlibat
* Ajukan pertanyaan                                                   *Rasakan        
 Perlunya keterlibatan                                                  Pemicu   kebersamaan                                                              

Rasa peduli
* Ciptakan situasi yang                                               *Tunjukkan
  Mengundang kepedulian                                           kepedulian terhadap orang

Validasi
* Minta untuk menilai                                                 *Lakukan
Diri masing-masing                                                       penilaian diri
(Adaptasi, Udin,1994)
5.       Aplikasi Model.
            Model latihan laboratoris adalah rancangan yang didisain untuk meningkatkan kemampuan diri, hubhungan interpersonal. Apliokasi model ini didalamkelas dapat meningkatkan fleksibel dan kemampuan siswa/ peseerta pembelajaran untuk berubah sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6.      Analisis Kritis.
            Tujuan latihan laboratoris adalah tidaK hanya mengembangkan kemampuan intelaktualnya tetapi perubahan yang lebih terintegrasi dan terkoneksi secara adaptif terhadap nilai, konsep, perasaan, persepsi, strategi dan keterampilan Pembelajaran bukan hanya penyebaran informasi dan mendapatkannya  kembali; ini adalah masalah hubungan manusia dimana guru/ pelatih dan siswa/ peserta mengeksplorasi dan mendiagnosis kebutuhan dan daya tahan terhadap pembelajaran dan perubahan. Sebagai tambahan pembelajaran dapat memperoleh keterampilan dari paretisipasi proses sosial.
            Latihan laboratoris menempatkan nilai diatas keterbukaan dan keautentikan komunikasi, melalui pelatihan interpersonal. Model laboratoris ini mereformasi sosial

7.       Kelebihan dan Kelemahan model latihan laboratoris.
Kelebihan :
1.      Meningkatkan pemahaman terhadap dinamika kelompok
2.      Meningkatkan pemahaman proses ssial dengan berinteraksi didalam kelompok.
3.      Meningkatkan keterampilan interpersonal.
4.      Meningkatkan kemampuan menerima umpan balik.
Kelemahan:
1.      Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih l;ama.
2.      Membutuhkan guru atau pembimbing yang berpengalaman.
3.      Adanya dominasi individu dalam kelompok.
4.      Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

8.      Kesimpulan.
            Tujuan pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari tiga dimensi yaitu: intrapersonal, interpersonal, dinamika kelompok dan arahan diri. Model pembelajaran ini memiliki tiga tingkatan yaitu: kesadaran merubah sikap dan perilaku baru. Dan model juga menekankan pada proses pembelajaran bukan hanya pada aspek kognitif peserta. Peran guru/ pelatih bukan sebagai pemimpin melainkan sebagai fasilitator pengamat, dan peserta.
9.      Saran.
1.      Guru dapat mengatur dinamika kelompok agar tercipta pembelajaran yang efektif.
2.      Guru harus memiliki wawasan yang luas dengan mengikuti perkembangan informasi dari berbagai   sumber.
3.      Peserta diharapkan berperan aktif, memberi dan menerima pendapat/ bantuan dan bersikap terbuka       terhadap perubahan  serta menilai dan mengkritisi isu yang disampaikan.

Daftar rujukan :
Joice,B dan Wei,M, 1972. Models of Teaching.New Jersey; Prentice-Hal. Inc.
Winataputra,U.S.2001. Modewl-model Pembelajaran Inovatif, Jakarta; Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Lampiran  : Aplikasi model latihan laboratoris
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Mata Pelajaran                                    : Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester                                   : VI/ II
Alokasi waktu                                     : 1 x 35 menit
Standard Kompetensi                         : Kemampuan menganalisis bentuk – bentuk
perilaku yang muncul sebagai dampak globalisasi
Indikator                                             : Menjelaskan terjadinya globalisasi dalam
   kehidupan masyarakat.
Menyebutkan perubahan perilaku masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi.

I.                   Tujuan Pembelajaran.
·         Siswa menganalisis bentuk – bentuk perilaku akibat dari globalisasi
·         Siswa dapat menyebutkan perubahan – perubahan perilaku akibat dari globalisasi.
II.                Materi ajar
·         Dampak globalisasi
III.             Model Pembelajaran
·         Latihan laboratories
Metode Pembelajarn
·         Diskusi/ inquiri
IV.             Langkah Pembelajaran.
·         Kegiatan awal
-        Mengecek kehadiran siswa.
-        Mengkondisikan kelas
-        Menjelaskan tujuan pembelajaran
-        Pretest
-        Apersepsi dengan bertanya jawab tentang peristiwa di Negara lain dapat kita saksikan dengan cara bagaimana?
·         Kegiatan inti
-        Guru menampilkan suatu kasus tentang globalisasi
-        Siswa memberi respon tentang kasus yang diajukan oleh guru
-        Guru mengajukan pertanyaan untuk memancing siswa mengeluarkan pendapat yang bertolak belakang
-        Guru mengajukan pertanyaan agar semua siswa ikut terlibat dalam diskusi
-        Siswa menunjukkan situasi yang peduli kepada orang lain
-        Siswa diminta untuk menilai diri sendiri
·         Kegiatan Penutup
-        Siswa diminta merumuskan kesimpulan yang berkaitan dengan Pembelajaran
-        Guru meluruskan kesimpulan yang telah dirumuskan oleh siswa
-        Post test
V.                Alat dan sumber pembelajaran
·         Sumber:
-        Buku paket yang sesuai
-        Modul
-        Koran dan majalah


·         Bahan
-        Koran dan majalah
-        CD Film
·         Alat
-        Laptop
-        LCD
VI.             Hasil Penilaian
a.       Teknik : tertulis
b.      Bentuk instrument : Essay
c.       Instrumen  :  Bagaimana bentuk perubahan perilaku akibat dampak globalisasi ?




Mengetahui,                                                                            Jambi,.........................
Kepala Sekolah                                                                       Guru Kelas



­­                                                                                   
NIP                                                                                         NIP